AHM, raksasa yang terbangun. Part 2

Terobosan menarik selanjutnya dari AHM adalah Honda Blade. Karena Honda Blade, adalah bebek yang memiliki design dengan pakem internasional. Honda Blade adalah turunan dari design CBR yang memiliki garis sporty, tetapi elegan, yang menjadi ciri khas Honda.

Honda Fire Blade, eh Blade doang deng

Ini dia design aslinya, agak mirip kan?

Masalah design elegannya Honda, bisa kita bandingkan saja CBR 1000RR dengan YZF-R1. CBR terlihat elegan dan sporty, sementara R1 terlihat seperti “motor yang sedang marah.” Saya enggak bilang Yamaha kalah elegan kok, ini masalah selera. R1 yang terlihat seperti “The Angry Bike”, terbukti lebih banyak disukai sport bikers karena garis kerasnya tersebut. Jadi pakem design pabrikan sudah ada sebenarnya. Para designer jenius pabrikan memastikan para bikers yang jeli matanya, pasti bisa mengenali ciri khas design masing-masing pabrikan tanpa melihat merk di tubuh motor.

Kembali ke Blade, bebek ini juga menandai kembalinya trend striping balapan di produk motor Honda. Honda Blade Repsol masuk ke pasaran dengan harga yang sedikit lebih tinggi. Walau lebih tinggi, motor ini laris manis. Tahun ini juga Honda mengeluarkan Blade dengan velg oranye, wah keren banget deh makin mirip motor Pedrosa. Seumur-umur nih, terus terang saya baru sekali ini suka banget dengan sebuah design motor bebek.

Tapi enggak semua langkah Honda pasca CS1 sukses kok. Contoh langkah Honda yang disorot banyak orang adalah mengganti kepala Tiger dengan wajah baru. Wajah yang jarang digunakan oleh motor Jepang. Tiger bajak laut masuk ke pasaran Indonesia dengan memincingkan mata, di saat yang bersamaan juga banyak orang yang memincingkan mata pada produk ini, aneh banget, kata mereka.

Tiger baru ini terbukti tidak terlalu disukai, karena design batoknya terlalu Eropa. Dengan mesin yang hanya 200cc, memasang kepala ala BMW ini dinilai terlalu “maksain”. Sehingga di PRJ tahun ini, Honda kembali menawarkan mata bulat seperti biasa.

Langkah menarik selanjutnya, adalah rencana besar Honda untuk menguasai pasar skutik. Yamaha walaupun bukan yang pertama kali menjual skutik di Indonesia, tetapi secara de facto adalah raja skutik di Indonesia. Yamaha Mio adalah motor yang sangat sukses. Yamaha berhasil membuat Mio menjadi motor yang “in” dan “happening” di kalangan perempuan. Dan sepertinya tidak disengaja, Mio juga menarik bagi para bikers laki-laki yang sudah mulai cape ganti gigi di jalanan yang macet. Belum lagi Mio seperti mengangkat trend retro di kalangan bikers. Gara-gara Mio ini, semua pasar bergerak ke arah yang baru, sampai-sampai Vespa 90 cc juga terkatrol harganya hanya karena designnya mirip Mio, yang melahirkan generasi retro bikers.

Honda yang menempatkan diri sebagai pemimpin pasar, kali ini enggak mau kecolongan lagi dengan Yamaha. Honda di waktu yang tidak berselang terlalu lama, mengeluarkan CBS Techno (Vario dengan bodi baru yang keren abis), Honda Scoopy (matic retro modern), dan Honda PCX (matic premium).

CBS techno dikeluarkan Honda sebagai peremajaan Vario yang sudah cukup lama di pasaran. CBS mengenalkan teknologi combi brake pertama di Indonesia. Tetapi bukan combi brake kok yang menjadi senjata utama CBS, melainkan design yang sangat sporty. Kalau Yamaha punya Mio Soul, Honda punya CBS Techno yang secara design, maaf nih YMKI, jauh kelasnya dari Mio Soul. CBS lebih besar, lebih berwarna, lebih irit, dan lebih mahal, dan lagi-lagi mengangkat gengsi pemiliknya lebih tinggi. CBS terbukti sukses di pasaran Indonesia. Hingga saat ini CBS masih inden, dan bekasnya susah banget dicari.

Vario CBS Techno, design paling modern

Bersambung