Beranda > Opini > Moge, why not? Part 3 (Mr.Kelly’s Moge Diary)

Moge, why not? Part 3 (Mr.Kelly’s Moge Diary)

Selang seminggu, si putih masih belum beres. Ternyata malah ada masalah baru, aki yang dibelikan belum bisa membuat si putih nyala lagi. Selidik punya selidik, ternyata masalah ada di dynamo starter.

Untung saja yang menjual motor ini orangnya tanggung jawab banget. Part R1 yang rusak bukannya diservice, tetapi diganti. Part diimpor dari singapore yang katanya akan datang dalam beberapa hari. Jadi saya akhirnya memilih menunggu.

Pucuk dicinta ulam tiba. Saya dapet kabar tidak lama kemudian kalau dynamo berhasil diservice. Tetapi pada saat yang sama, dynamo baru sudah dikirim. Saya memilih untuk menunggu dynamo baru, jadi saya pilih bersabar beberapa hari lagi.

Besoknya saya mendapat kabar kalau dynamo baru sudah terpasang dan R1 sudah diservice ulang serta sudah ganti oli. Motor sudah siap diambil. Sayapun tidak lagi membuang waktu. Besoknya hari senin, saya ditemani dengan supir berangkat ke Bogor naik mobil sekitar jam 8 malam. Sampai di Bogor sekitar pukul 21.


foto lewat BB yang dikirim kalau R1 sudah siap jemput

Setelah transaksi lewat internet banking, saya yang membawa gir lengkap langsung membawa R1 tersebut untuk riding ke Jakarta. Sebenarnya nekat sih, belum pernah bawa moge tetapi berani langsung touring dengan motor 1000cc. Jangan ditiru ya guys, ini orang ngebet soalnya, maklum deh.

Pak dokter juga mempertanyakan niat saya ini, dia bilang, “bahaya loh mas kelly, sebaiknya di gendong saja”. Tetapi saya yang sudah fired up benar benar penasaran untuk membawa monster putih kembali ke Jakarta dengan mengendarai langsung. Saya nekat juga ada sebabnya sih, karena saya membaca satu alinea menarik di majalah Performance Bikes bulan Juni kemarin yang membuat headline cukup besar ; “There’s nothing like a long ride to know your new bike”. Atas dasar kalimat itulah saya ingin “kenalan” dengan motor baru saya yang membuat saya berani membawanya langsung dari Bogor ke Jakarta di malam hari. Kenapa malam, karena saya pikir siang hari pasti macet dan panas, saya enggak mungkin kuat.


Menjemput si putih di malam hari

Sebelum riding, saya makan dulu di MCD tajur untuk mengisi energi, motorpun saya parkir di parkiran mobil. Ga ada yang protes sih, syukur deh.

Sudah kenyang, saya langsung tarik gas menuju Jakarta. Waktu menunjukkan pukul 22:30. Jalan tajur Bogor yang kosong di Senin malam tersebut memang kayak surga saja. Long, empty and clean roads memang impian bikers, yang hanya bisa dinikmati malam hari. Setelah memilih, saya mengambil jalur parung yang katanya jalannya sudah bagus dan tidak ada lampu merah. Setelah mengucapkan Bismillah, saya jalan dari MCD.

Motor terasa besar sekali bagi saya yang biasa naik Ninja 250. Posisi riding mengingatkan saya dengan test Megelli tahun lalu dirumah Nico, bokong agak naik, dan posisi badan menunduk, hanya saja motor ini jauh lebih besar dari ukuran ataupun tenaganya.

Posisi riding R1 tidak terlalu menunduk seperti saya mencoba Ducati 748 milik teman saya dulu. Karena badan saya cukup tinggi dan besar, tidak ada masalah berarti untuk saya menaikkan motor besar ini.

Lagi-lagi saya sangat berhati-hati untuk melintir gas karena tenaga motor ini besar sekali. Pada saat saya tarik, terasa badan saya seperti ditarik dengan kencang. Maklum saja karena belum biasa, setelah beberapa puluh km, saya baru menyadari posisi ideal pada saat tarik gas adalah menunduk seperti balapan di MotoGP.

Jalan menuju Parung di malam hari benar-benar gelap. Jalan tidak terlihat dan saya benar-benar membuka mata lebar-lebar. Konsentrasi penuh, karena motor yang lebih 200kg ini kalau salah menikung, bisa jatuh karena keseimbangannya yang saya masih belum terbiasa.

Tetapi karena jalan kosong dan panjang, saya tidak sempat khawatir karena sedang fly di langit yang ke 7. Masalah kekurangan power sudah menjadi masalah yesterday. Yang ada di tangan saya adalah sebuah motor super dengan tenaga 180 hp di kondisi standard dan bisa lari 100kmph hanya dengan gigi satu.

Seperti anak-anak yang memiliki mainan baru, saya teriak-teriak dijalanan karena kesenangan dan tertawa keras seperti penjahat yang baru saja mengalahkan jagoan. Impian tercapai sudah, saya punya moge dan sekarang mengarungi malam untuk mencapai Jakarta dengan kecepatan tinggi dan kibasan angin malam yang sangat sejuk.

Jalan Parung yang belum seluruhnya selesai terdapat beberapa bagian yang sangat membahayakan. Pas sebelum pasar Parung, ada sebuah gundukan yang cukup tinggi dan berbatu. Saya yang lari sekitar 100 km melihat gundukan tersebut dan mengurangi kecepatan dan mengambil keputusan untuk melewati gundukan batu tersebut. Pada saat saya melewati gundukan, roda belakang R1 bergeser ke kanan dan hampir saja saya kehilangan keseimbangan. Alhamdulillah saya tidak sampai jatuh. Walaupun demikian, keringat dingin mengalir di dahi dan saya bertekad untuk lebih konsentrasi, karena jalan masih cukup jauh.

Sempat salah belok menuju arah Gunung Salak, saya kembali ke arah Jakarta. Malam itu, saya merasa tidak ada yang berani “menganggu” motor baru saya ini. Kebanyakan orang memberikan jalan karena ingin curi pandang. Sayapun melengang kangkung dengan cukup menyenangkan.

Dengan tenaga yang sangat besar, saya seakan-akan tidak takut untuk menyalip kendaraan didepan, karena perhitungan bisa dilakukan dengan cepat. Saya lari di kecepatan rata-rata 80-100kmph. Dengan sekali-sekali tarik gas di gigi 2 dengan kecepatan maksimal 130 kmph. Masih ada 4 gigi yang tersisa. Saya berpikir entah kapan bisa mencoba max speed motor ini yang 300 kmph ya?

50 km sudah lewat dari awal perjalanan di Bogor, tangan saya sudah mulai gemetaran menahan stang dan bobot motor yang cukup berat. Di Ciputat saya ada niatan untuk berhenti mengambil napas, tetapi saya urung niat saya ini karena belum ketemu lokasi berhenti yang ideal. Saya terpikir Shell arteri Pondok Indah adalah lokasi yang pas, sekalian mengukur penggunaan bensin motor ini.

Masuk jalan Pondok Indah, lampu terang menyinari jalan sehingga saya berani buka gas. Kali ini saya dapat gigi 3 (sepanjang jalan hanya gigi 2), dan saya menunduk untuk mencoba akselerasi. Motor hampir mencapai 160 di gigi 3 dan saya urungkan niat saya untuk lebih cepat, karena saya merasa letih sekali. Selain itu masih ada beberapa mobil dan motor yang jalan malam itu.

Setelah 1 jam riding, saya stop di Shell arteri Pondok Indah. Saya berhenti dan membuka jaket. Badan saya penuh dengan keringat bagaikan mandi. Keringat bukan hanya karena panas menjapit mesin 1000cc di paha, melainkan karena adrenalin, letih, rasa takut dan senang semua lebur menjadi satu. Sayapun duduk sebentar. Badan saya terasa masih bergetar karena adrenalin…

Setelah 10 menit saya baru bisa nafas normal kembali, saya berdiri dan mendorong motor untuk mengisi bensin. Tadi berangkat dari Bogor, tangki motor full. Saat saya mengisi di Shell, trip A yang sudah direset menujukkan 70km. Bensin diisi sebanyak 4 liter. Dengan demikian, motor ini menghabiskan rata-rata 17 km untuk 1 km untuk luar kota. Lebih irit dari perkiraan saya ternyata.

Setelah mengisi angin yang ternyata kurang banget, saya ngebut pulang ke kemanggisan. Di Syahdan yang masih cukup ramai, saya lagi-lagi merasa seperti artis pulang malam. Saya merasa banyak sekali yang memandang motor baru saya ini, apalagi security komplek rumah saya yang tidak memandang saya tetapi hanya memandang motor pada saat saya masuk komplek.

Sampai rumah saya taruh motor didepan, dan saya duduk termenung beberapa lama. Saya hanya memandangi motor ini dari dekat sambil minum air putih. Saya benar benar bersyukur telah mencapai impian banyak biker diumur yang dibilang cukup muda. Bukannya apa-apa, saya pernah diberi masukan oleh empunya Hobby Motor di arteri pondok Indah, kalau untuk membeli sebuah motor besar, sebaiknya dilakukan sebelum tua, karena kalau sudah tua tidak mungkin bisa menikmati motornya, apalagi motor “nunduk” seperti Yamaha R1.

Saya sangat bersyukur saya bisa memiliki motor ini sekarang. Semoga saja saya bisa menguasai motor ini secara 100 persen kelak. Sementara itu, bagi saya tidak ada satu hari lewat sejak saya membeli motor ini, tanpa secangkir kopi di pagi hari, selembar koran, dan pemandangan sebuah super bike 1000cc berwarna putih yang nangkring dengan gagah di hadapan saya. Life is just beautiful!

Tampilan terakhir, new decals, painted paddock

Nama pembalap  juga ditempel dong, biar enggak ketuker, hehehe

Kategori:Opini Tag:, , ,
  1. minimiman
    Juli 3, 2010 pukul 10:04 am

    emang mantapss,pengen beli ade nya R6 tp nabung dulu ahhh hehehehe… btw pertamaxx lol..

  2. mbukian
    Juli 3, 2010 pukul 12:55 pm

    Semakin di depan dgn R1….Hmmm nice artikel mas…

  3. EH
    Juli 3, 2010 pukul 2:41 pm

    bro satu kata ente emang mantapzzzzzzzzzzzzz….huuufffsss pgn deh pny begituan….btw tembus harga berapa bro….

    coz kapan hari temen ada jual R1 180jt nego…dgn warna sama..kyk pnya bro…ada di FB ku tu poto2 R1 nya…wkwkwkwkw

  4. Supra XX
    Juli 3, 2010 pukul 3:33 pm

    wah
    cerita yang detil

    yah
    semoga cepet menyatu dengan motornya ya mz_

  5. Juli 3, 2010 pukul 4:01 pm

    wuahh….rasanya pasti puass bner…selamat deh mas bro :mrgreen:

  6. Juli 4, 2010 pukul 1:20 pm

    keren artikelnya bro..

    jadi pengen nabung beli moge lagi..

  7. Juli 4, 2010 pukul 10:57 pm

    terima kasih tanggapannya semua. terima kasih juga kepada aim yg menaruh artikel saya disini. saya akan menulis lebih banyak di blog ini mulai sekarang. thx again all 🙂

    • Nay
      Juli 5, 2010 pukul 11:02 am

      kena berapa duit bro ?…yaaah sapa tau gw juga ikutan keracunan kayak elo…hehe

    • Juli 5, 2010 pukul 11:45 am

      sesuai harga pasar kok, liat2 aja di bursamoge bro, banyak tuh yg jual moge2 keren. semoga keracunan deh jadi bisa riding bareng 🙂

  8. ond0ls
    Juli 5, 2010 pukul 3:23 pm

    Wah jadi pengen cepet2 minang moge juga….
    kalo buka bursamoge penyakit bisa kambuh lagi tuh….

  9. el niino
    Juli 6, 2010 pukul 3:17 pm

    woooow……

  10. yudibatang
    Juli 6, 2010 pukul 11:55 pm

    keces..keces…ngilerrr..pengin punya…….
    Sama seperti yang punya cerita “secangkir kopi di pagi hari, selembar koran, dan pemandangan sebuah motor batangan cc kecil….xixixii… Hhmm mudah2 sebelum umur 40th kebeli nih motor.. secara ane setiap minggu riding Batang-Semarang yang jalanya lowong… batang-Semarang mungkin bisa ditempuh dalam setengah jam pake motor yang diatas… Selamat mrkellyvgi.. anda diberikan kenikmatan yang luar biasa….

    • Juli 7, 2010 pukul 9:10 am

      saya memang sangat bersyukur mas, kalau ada kesempatan saya juga kepengen lari di jalan batang semarang, cheers

  11. Juli 7, 2010 pukul 8:09 am

    Kayaknya ada yg kurang nih, foto bareng antara yg punya dgn motornya 🙂

    • Juli 7, 2010 pukul 9:09 am

      wah iya bener juga bro, nanti deh tunggu background yang bagus hahaha

  12. izzi
    Juli 7, 2010 pukul 12:00 pm

    keren pisan euy.. SUERRR jd Ngilerrr, baca dari part 1 sampe 3, sangat dramatis kisahnya… hehehe

    selamat bro… dream come true 🙂 n do’ain juga bro mudah2an impian ane punya kaya ntu motor terwujud juga

    oh iya… minta ijin share tulisannya bro.. 😀

  13. deny
    Juli 8, 2010 pukul 8:47 pm

    mantaaabbbbbbbbbbbbbbbbbbb,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

  14. Juli 11, 2010 pukul 4:01 am

    kapan ye ane dapat mengendarainya aja T_T

  15. minori
    Juli 18, 2010 pukul 9:27 pm

    mangstab motornya gan.

  16. Anonim
    Januari 28, 2012 pukul 11:45 pm

    mantabz bro r1″y,,, ane cuma bisa modif doang vixion jd r1 karena g ksampean dpt r1 ASLI
    WKWKWK

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar